LETUSAN DANAU TOBA



LETUSAN TERJADINYA DANAU TOBA


Indonesia yang letaknya di Cincin Api, yang sangat rawan akan gempa bumi dan letusan gunung api, itu memang sudah terjadi sejak terbentuknya bumi dan terciptanya daratan dan lautan di bumi ini. Baik gempa bumi maupun letusan gunung api sudah menjadi fenomena alam yang dahsyat di dunia.
Dan Indonesia termasuk dalam salah satu kawasan di bumi yang sering terjadi fenomena alam itu. Fenomena alam itu, bukan saja sering terjadi, tetapi juga sangat dahsyat, yang kerap menggemparkan, bukan hanya Nusantara, melainkan juga dunia. 
Di dunia, dipastikan ada fenomena alam yang sangat dahsyat yang pernah terjadi di bumi, misalnya gempa bumi yang kemudian  dapat melenyapkan benua Atlantik. Karena menurus sejumlah ahli, lenyapnya benua Altantik disebabkan oleh peristiwa alam yang tentu sangat dahsyat.
Di antara sejumlah peristiwa alam yang menggemparkan dunia yang pernah terjadi di Nusantara atau Indonesia, dapat dicatat ada 4 peristiwa alam yang menggemparkan dunia; sebut saja Letusan Anak Gunung Krakatau, Letusan Gunung Tambora, Gempa Bumi Tsunami Aceh, dan gempa bumi  sekaligus letusan Gunung Api Toba.
Letusan Gunung Api sekaligus sekaligus gempa Toba adalah peristiwa alam yang paling dahsyat. Dampak letusan Toba tak sebatas luncuran awan panas dan timbunan abu yang mematikan. Letusan itu menimbulkan perubahan (kekacauan) iklim.
Sebelumnya ada ada tiga kali letusan Gunung Toba
 Letusan pertama terjadi sekitar 800 ribu tahun lalu. Letusan ini menghasilkan kaldera di selatan Danau Toba, meliputi daerah Prapat dan Porsea.
 Letusan kedua yang memiliki kekuatan lebih kecil, terjadi 500 ribu tahun lalu. Letusan ini membentuk kaldera di utara Danau Toba. Tepatnya di daerah antara Silalahi dengan Haranggaol. Dari dua letusan ini, letusan ketigalah yang paling dashyat.
 Letusan ketiga 74.000 tahun lalu menghasilkan kaldera, dan menjadi Danau Toba sekarang dengan Pulau Samosirdi tengahnya.
Letusan Gunung Toba merupakan letusan gunung berapi yang paling dahsyat yang pernah diketahui di planet Bumi ini. Dan hampir memusnahkan generasi umat manusia di planet Bumi.
 73.000 tahun yang lalu letusan dari supervolcano di Indonesia hampir memusnahkan seluruh umat manusia, hanya sedikit yang selamat. Kedahsyatan letusan gunung Toba memang sangat terkenal dan merupakan 3 besar letusan volcano terdahsyat di planet bumi. Dan dikabarkan juga matahari sampai tertutup selama 6 tahun. 
Letusan ini tidak bisa dibandingkan dengan apapun yang telah dialami di bumi sejak masa dimana manusia bisa berjalan tegak. Dibandingkan dengan SuperVolcano Toba, bahkan krakatau yang menyebabkan sepuluh ribu korban jiwa pada 1883 hanyalah sebuah sendawa kecil. Padahal krakatau memiliki daya ledak setara dengan 150 megaton TNT.
 Sebagai perbandingan: ledakan Bom Nuklir hiroshima hanya memiliki daya ledak 0,015 megaton, dan secara lisan maka daya musnahnya 10.000 kali lebih lemah dibanding krakatau. Letusan Gunung toba hampir memusnahkan umat manusia 73.00 tahun yang lalu.
Di balik alam dan lingkungan permai Danau Toba yang menghampar di Sumatera Utara, sebuah daya rusak mahadahsyat tersembunyi di dalamnya. Terakhir, sekitar 74.000 tahun lampau, Gunung Toba meletus hebat dan nyaris menamatkan dan memusnahkan makhluk hidup di bumi Nusantara beserta manusia. 
Letusan yang dikenal sebagai Youngest Toba Tuff (YTT) itu adalah terdahsyat dan membentuk danau (kaldera) seperti sekarang. Melepaskan sedikitnya 2.800 kilometer kubik magma ke udara, letusan YTT menjadi yang terbesar di Bumi dalam dua juta tahun terakhir.
Dampak letusan Toba tidak sebatas pada luncuran awan panas dan timbunan abu yang mematikan dan memusnahkan berbagai jenis makhluk hidup. Bencana terbesar dan berskala global dari letusan Toba adalah perubahan iklim. 
Rekaman tentang petaka Toba itu awalnya terbaca pada lapisan es beku di sudut Bumi. Pada awal 1990-an, Gregory A. Zielinski, geolog dari University of Massachusetts, menemukan lapisan asam belerang sebanyak 2-4 megaton dalam inti es di Greenland. Zielinski ahli dalam menemukan rahasia yang terkubur di dalam lapisan es kuno.
Dengan menganalisis komposisi lapisan inti es yang terbentuk tiap tahun, dia menemukan perubahan kimia terkecil yang bisa menjelaskan kondisi iklim dan besaran suhu. Temuan itu sangat mengejutkan.
Volume asam belerang tersebut setara 25 kali tingkat polusi yang disebabkan seluruh industri dunia saat ini. Lalu setelah menganalisis usia lapisan, dia menemukan, timbunan asam belerang itu terbentuk dalam kurun waktu enam tahun pada periode 71.000-75.000 tahun lampau!
Dalam tulisannya di Geophysical Research Letter (1996), Zielinski memperkirakan, bahwa saat itu seluruh Bumi diselimuti lapisan kuning beracun—dari asam belerang—yang kemudian luruh dan sebagian terendapkan di Greenland. Peluruhan itu berlangsung selama enam tahun.
Di sudut lain Bumi, Michael Rampino, geolog New York University, mengebor dasar laut untuk melacak iklim pada masa lalu. Dengan menganalisis dua isotop oksigen (Oksigen-16 dan Oksigen-18) yzng terdapat dalam cangkang mini yang disebut foraminifera, dia bisa mengetahui suhu lautan pada masa lalu.
Rampino tersentak kaget saat mengetahui pada suatu masa suhu lautan tiba-tiba turun drastis, hingga 5 derajat celcius. Dan perubahan itu terjadi tiba-tiba.
"Sistem iklim global seperti diputar tombolnya, tiba-tiba, dari panas menjadi dingin," katanya. Rampino kemudian melacak kurun peristiwa itu terjadi. Dia menemukan penanda waktu yang nyaris sama dengan saat hujan asam belerang di Greenland yang ditemukan Zielinski.
Dua peneliti independen, menggunakan metode berbeda, dipertemukan oleh temuan serupa. Sesuatu yang luar biasa terjadi. Ada apa dengan Bumi pada kurun waktu itu?
Sementara Zielinski dan Rampino masih diliputi teka-teki, John Westgate, ahli dari University of Toronto, sudah menemukan abu vulkanik berusia 74.000 tahun. Bertahun-tahun lamanya Westgate bekerja layaknya detektif gunung api, melacak sumber abu vulkanik dari berbagai belahan dunia.
Tahun 1994, dia mendapat sampel abu yaang dikirimkan seorang kolega, Craig Chesner, dari sekitar Danau Tobadan... eureka! Setelah bertahun pencarian, penyebab kekacauan iklim di masa lalu itu akhirnya ditemukan.
 Gunung itu mengirimkan abunya nyaris ke seantero Bumi, menimbulkan partikel asam belerang di inti es, serta mendinginkan samudra.
Saat Toba meletus, jutaan ton asam sulfat dilepaskan ke stratosfer sehingga menciptakan kegelapan total selama enam tahun dan suhu beku sedikitnya 1.000 tahun, lalu diikuti cuaca dingin ribuan tahun. Fotosintesis melambat, bahkan hampir mustahil terjadi, menghancurkan sumber pakan manusia dan hewan. 
Fulkanolog mengadopsi istilah humongous untuk letusan Toba guna menggambarkan bencana global yang nyaris memunashkan spesies manusia di Bumi ini.
Walaupun para ahli masih belum bersepakat dengan skala besaran letusannya, semua sepakat: kehidupan manusia tak lagi mudah setelah Toba meletus.

Comments

Popular posts from this blog

Anak Siakkangan dan Anak Siampudan

Legenda Batu Gantung

Mengenal Pembuatan Ulos